Rabu, 05 Maret 2014

Pasangan Pertama

Pernahkah kau merasakan apa yang kurasa. Aku pernah menjalin hubungan dengan seseorang, yang aku maksud adalah hubungan dua insan yang saling menyayangi dan memberi perhatian. Ini terjadi setelah aku mulai menjelajah dalam kehidupan ini. Aku mengenalnya dari sebuah situs kencan khusus. Aku tertarik karena dia adalah sesosok yang sempurna secara fisik dilihat dari fotonya di akun miliknya. Dia menyimpulkan dirinya sebagai discreet. Hingga foto-foto yang dipasang pun tidak ada yang menampakkan wajahnya. Tertulis di dekripsi tentang dia, bila kamu tidak tertarik pada bodiku, mukaku tidak lebih menarik ketimbang bodiku.

Aku penasaran dengan dia, aku pun menyapa dia dengan sapaan hi dan pernyataan betapa seksinya dia sampai aku meminta foto mukanya. Dia menegaskan dia tidak mau berbagi foto, dia menantangku untuk menemuinya. Ini lah saat pertama kali aku benar-benar merencanakan sebuah pertemuan. Lalu kami bertemu di pusat belanja buku di pusat kota pada Minggu malam. Seperti penampakan dia di foto, dia sungguh sempurna di mataku. Menurutku dia sangat out of my league. Dengan bentuk tubuhnya yang selalu diasah, muka seperti Christoph Waltz hanya saja tidak berkulit putih. Umur dia waktu itu 39, lebih tua dariku 16 tahun. Walau hari itu paginya dia baru pulang dari luar kota, dia mau menyempatkan dirinya untuk memenuhi rencana pertemuan kami.

Setelah selesai dengan basa-basi di toko buku. Dia mengajakku untuk ngopi di cafe terdekat. Saat itulah pertama kali aku dating dengan cowok. Kami duduk berhadapan. Aku bahagia, tapi di lain sisi aku masih canggung. Dia dengan instingnya bisa merasakan ketidaknyamananku. Jujur saja, aku tidak nyaman atas dugaanku terhadap pandangan orang- orang di sekitar. Aku bertanya-tanya, sesuatu yang negativ kah di pikiran mereka ketika melihat seorang brondong nongkrong dengan pria gempal berotot berumur 40an. Kami pun ngobrol ngalor ngidul tetek bengek. Kami ngobrol dengan sangat sopan. Sampai mendekati tengah malam, kami memutuskan untuk pulang dan memanggil taxi. Aku meminta agar aku diizinkan untuk menginap di rumhnya. Dia pun mengizinkanku, dan tanpa aku tanya dia berkata kalau di pagi hari dia telah masturbasi. Sesampai di rumah, kami melanjutkan obolan sambil dia membuka laptopnya. Ditengah-tengah obrolan dia memutar CD lagu di laptop. Ternyata isi CD nya adalah lagu-lagu bertema cinta -- Love Songs.

Terputarlah waktu itu, lagu dari Boyzone..All That I Need. Dia mengajakku untuk berdansa. Untuk pertama kalinya aku dipeluk seorang pria jantan. Dan berlanjutlah kami ke kasur.

Dia lah seseorang yang aku anggap sebagai pasangan pertamaku. Aku mngunjunginya dua atau tiga kali seminggu, kadang-kadang weekend juga. Dia adalah bukan orang pertama yg tidur denganku, mungkin ke tiga. Kami sangat cocok satu sama lain dalam hal-hal keseharian. Seperti kalau makan kita akan menghabiskan waktu yg relative lama untuk menyelesaikan santapan dibanding orang pada umumnya, sama-sama tidak suka temperature terlalu dingin; padahal dia berbadan besar berotot sedangkan aku slim, ketika kami menonton film kami akan berdiskusi setelah selesai. Aku adalah cowok paling bahagia. Teman-teman kampusku melihat perbedaan di diriku dari sedikit pendiam menjadi bersemangat. Hubungan kami sangat harmonis. Kami tidak pernah berkata sayang-sayangan. Dia memperlihatkan perhatian dia dengan caranya memperlakukanku.

Aktifitas-aktifitas kami; kasur, belanja, bioskop, bila akhir pekan aku ikut dia ke pergi ke gereja, lalu lunch , ke diskotik pada malamnya setelah makan malam untuk dancing. Aku dikenalkan dengan teman-temannya. Temannya handsome - handsome juga. Salah satu dari temannya merupakan seseorang yang aku kenal dari situs kencan khusus dimana aku juga mengenal pasanganku. Mukanya seperti Mike Lucock gitu, Arab berbulu. Tenyata ramah juga orangnya, dia membawa pasangannya juga malam itu.

Hari-hariku dengan pasanganku terasa lancar. Kami saling mengisi, aku menjadi teman ngobrolnya begitu juga dia menjadi kakak / paman bagiku untuk berbagi cerita. Pernah suatu saat aku menanyakan kepadanya, mengapa dia mau aku sedangkan aku levelnya jauh dari dia. Dia menjawab kalo dia suka, ya suka. Dan tidak perlu dijelaskan masalah compatibility atau kecocokan secara fisik. Aku pun feeling lucky, berkali-kali kukatakan padanya bahwasannya aku beruntung diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bertemu dengannya. Begitupun juga dirinya, merasakan hal yang sama.

Hubungan kami tidak selalu mulus. Setelah jalan beberapa bulan kecemburuan mulai merasuki pikirannya. Dia selalu dengan sinis menyindirku ketika aku lebih mementingkan acaraku dengan teman-teman dari pada dengannya. Jujur aku merasa dimiliki seseorang karena dia cemburu. Tumbuh di dalam diriku akan rasa bangga. Sampai sekarang masih bertanya-tanya apa dari diriku yang membuatnya suka kepadaku.

Banyak sekali aku belajar dari dia tentang kehidupan. Perhatian, kesabaran, kasih sayang dan lain-lain. Dia lah pasangan pertamaku yang selalu menjadi inpirasi dalam kehidupanku.

Segala sesuatu akan berlalu. Itulah perkataan yang sering dia ucapkan untuk menenangkan diriku apabila aku sendang dirundung masalah. Bersikap legowo dan sabar adalah pelajaran berharga darinya. Kami menertawai diri kami sendiri, kami menangis bersama. Ada suatu saat-saat dimana aku membuatnya kecewa. Di saat seperti itu dia hanya berkata kalau dia ingin sendiri, sambil meneteskan air mata. Disaat aku menangis karena dibuat kecewa olehnya, dia meminta maaf dan memelukku erat sambil meneteskan air mata.

That's life. Segala seuatu akan berlalu. Begitu juga dengan hubungan kami, kami harus berpisah karena keadaan yang mengharuskan dia pindah. Dalam keadaan berpisah, aku selalu merindukannya. Begitu juga dengannya yang rindu dengan diriku, tetapi harus rela meninggalkanku. Everything's going to be fine. Begitulah kata-kata darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar