Senin, 10 Maret 2014

How to be Gay and Indonesian

Aku hanya ingin memberi secercah pandangan tentang gay di Indonesia. Bagimana aku bertahan menjadi diriku sendiri di negri yang kaya raya ini. Bagi seseorang yang baru menemukan jati diri originalnya sebagi homosexual, maka akan merasa sulit untuk hidup di Indonesia yang notabene adalah negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam dan negara yang masih memegang teguh nilai dan budaya ketimuran.

Begitulah diriku ketika aku masih remaja belia. Aku bahkan bercita-cita untuk hidup di benua Amerika atau Eropa agar aku bisa menjalani cinta sesama jenis. Dalam halku antara pria dengan pria. Karena pandanganku waktu itu adalah negara barat sangat menjunjung hak asasi manusia. Setelah makin dewasa aku menyadari bahwa gay tetap gay. Dimanapun itu tetap minoritas. Dan akhirnya aku pun selalu menertawakan diri sendiri bila ingat dengan mimpiku itu. Tiada yang salah dengan impian itu, hanya saja aku sangat bangga dengan negriku ini dan tak ingin meninggalkannya. Lambat laun aku makin nyaman menjadi diri sendiri di negri ini.

Karena Indonesia orangnya lucu-lucu. Dari Sabang sampai Merauke kita akan menemukan seseorang yang elok rupa. Harusnya kita tidak melupakan itu. Perlu kau jelajahi negri ini dari ujung sini ke ujung sana, kau akan menemukan orang-orang seperti kita. Maka janganlah menjadi orang asing di negri sendiri.

Lalu bagaimana kita tetap menjadi diri sendiri dan menjadi orang Indonesia? Pertama-tama, kita harus membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang gambaran gay di Indonesia. Walaupun kenyataannya orang biasa memandang gay sebagai penyakit moral dan sosial, yakinlah bahwa kamu juga berhak untuk tidak mempercayai itu. Buktikan bahwa dirimu baik. Sebarkanlah kebaikan kepada sesama.

Beruntunglah kamu tinggal di Indonesia, karena hukum-hukum mengenai gay belum ada. Setidaknya tidak seperti di Uganda atau India yang menghukumi homosexualitas sebagai tindak kriminal. Di Amerika ada hukum yang mengatur pernikahan sesama jenis, tapi di lain sisi bulliying terhadap gay meraja lela. Setidaknya Indonesia menjadi tempat yang nyaman untuk orang-orang seperti kita. Tetapi discretion tetap menjadi penting. Karena sexualitas itu tidak perlu digembar-gemborkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar