Jumat, 28 Maret 2014

What if your colleagues know your homosexual lifestyle?

It has always occured in my mind that my homosexual lifestyle will be known by colleagues or boss. What if they knew my homosexual lifestyle and started to behave differently or even shun away from me? I used to have that kind of fear. Especially here in Indonesia where homophobic people are everywhere. At least they look down on us, if they are not homophobics. With the negative stereotypes of gay people, you of course will feel insecure if they know about you. I think it's normal for people like us to feel unsafe or somewhat lonely in the crowd of people not like us.

But however, this kind of feeling must not hold or hinder us from exploring the world. I should had realized this long time ago. But still it scares me to imagine if my kinded heart friends and colleagues know who truly I am. Can't imagine if they start to look away from me when I call. After worrying thought and thinking, I become pathetically depressed. I just can't be myself around them. What the fuck...what's wrong with me.

Senin, 24 Maret 2014

My story as newbie in Jakarta

Jakarta is very hedonistic city. Good place for people who wants to feel an urban life. Oportunities are aplenty. You can meet people of different background in Jakarta. The best for me about Jakarta is that I train my patience, endurance, patience.
It's hard for me as Javanese boy, who used to be so slow, mommy boy to adapt to new harsh real life. To make matters worse, I am gay who just separated with my loved one. In my first three months I was so lonely and sad, I even couldn't hold my tear drop in public places such as Trans Jakarta or Train when I talk with my bf on the phone. I was not good also with new people at work. The first 3 weeks at work I always thought about quitting work and getting back to hometown. My trainer was so rude at work, I perform badly until I got warning of termination if I don't perform better.

Gay people are also so bad in Jakarta. When I started to look for a date...all ended up very pathetic. First time I met a sexy 40+ guy who works in film Industry. I thought that he can be someone as a lover, to become my bf, but it turned out that I had been only his tool for sexual fulfilment. I couldn't accept that kind of behavior. He just dumped me like he never needed me. My calls, sms had never been answered. I knew then sexual life of gay people in urban city like Jakarta.

I was so fragile, depressed and angry to myself. I struggled everyday alone. Like everything passes, my sorrow and loneliness passed step by step. I learnt about living in new city a lot now. I started having friends, most importantly gay friends. Their presence in my life is important. Also friends like all of you although we have neve meet, have been helpful in my life. I have been struggling until now for better life in Jakarta.

Rabu, 19 Maret 2014

Kefemininan Lelaki

Aku adalah lelaki homosexual yang tidak banci. Setidaknya banyak yang menyatakan kalau aku tidak kemayu. Walau sebenarnya aku menyimpan hasrat untuk berlaku demikian. Tetapi apakah sifat keperempuanan nan lemah lembut pada seorang laki-laki itu negatif. Setidaknya mayoritas kaum lelaki  akan menganggap yang begitu adalah negatif. Sehingga mereka berusaha mati-matian menjauh dari sifat lemah gemulai.

Pada pria normal pastinya tidak merasakan adanya keharusan untuk mempertahankan penampilan dan karakter kelelakiannya. Karena dia merasa nyaman dengan dirinya dan tidak ada perasaan untuk menutupi kurangannya. Tetapi bagi para gayus, sedikit kefemininan akan sangat mengganggu. Bahkan bila ada pria yang kemayu dia akan menjauh darinya bahkan mencibirnya.

Ada pengalaman, sering kali aku dan teman normalku menertawakan kefemininan seseorang pria kemayu yang jelas-jelas memperlihatkan homosexualitasnya. Kami dengan pedenya saling melemparkan candaan-candaan perbancian terhadap seseorang. Di salah satu sisi aku merasa bersukur karena temanku tidak merasa menyinggung dan melukai perasaanku, di sisi lain aku kadang merasa berdosa. Tidak seharusnya aku berbuat demikian. Tetapi sudah menjadi hal biasa bagi pria-pria normal untuk menertawakan kewanitaan seorang laki-laki.

Bicara tentang pria kemayu, sebenarnya pria kemayu itu menurutku menunjukkan keramah-tamahan. Banyak pria homosexual yang mengaku macho menjauhi pria yang ada sedikit sifat kemayu. Padahal macho atau maskulin itu ditentukan oleh yang melihatnya.

Aku sendiri pernah jatuh cinta sama pria kemayu. Aku sangat nyaman berada di dekatnya. Aku merasa terhibur bila bercand dengannya. Kadang aku suka tertawa sendiri kalau mengingat-ingat obrolan-obrolan kami. Kata-kata yang dia gunakan; iya lah yaw...duong..sebel dech, menunjukkan selera humor tersendiri yang menghibur jiwaku yang sering serius. Menurutku pria kemayu itu harmless. Dan kalau di ranjang kemayu atau tidak, tidak akan kentara. Saat itulah aku bisa merasakan kelelakiannya.



Minggu, 16 Maret 2014

Butt Workout

Siapa yang tidak ingin mempunyai bokong sexy. Aku ingin sekali punya bokong bulat sexy nan berotot. Soalnya kalo aku lihat cowok yang punya bokong sexy berisi aku jadi terangsang. So sepertinya bokong sexy itu nilai lebih dari seorang cowok.

Banyak dari kita berfikir bahwa cowok homosexual yang mempunyai bokong sexy itu pasti mempunyai preferensi posisi tertentu. Bukanlah salah sepenuhnya, tetapi bokong montok tidak ada hubungannya dengan preferensi topbottomisme sejauh yang aku amati. Jadi kalo bokongku sexy trus dibilang bottom. Aku langsung menyanggah pendapat itu. Lha memang aku bukan bottom. Tetapi memang aku memuja man who has sexy derriere..apa lagi kalau bottom.

So what do I do to make my bottom looks firm and round. All is about leg and buttock workout. Kebiasaan-kebiasaan natural sehari-hari kita secara tidak langsung cukup berkontribusi dalam memperkuat otot kaki dan bokong, seperti menaiki tangga ketika menuju lantai atas dari pada menggunakan lift, jogging, berenang dll.

Selain kegiatan-kegiatan tersebut, ada baiknya juga mendedikasikan beberapa menit dari waktu kita untuk melakukan butt workout. Aku punya pengalaman seru dengan sebuah app bernama Buttock. Sebenarnya khusus ladies, Ladies Butt Workout gitu lah namanya kalau di ads yang selalu muncul ketika buka browser opera. Exercise nya sama seperti yang aku lihat di tutorial-totorial buttock workout yang ada di YouTube. Jadi, sebenarnya latihannya bisa buat cowok juga.

Ada 4 set, setiap set ada 4 latihan yang berbeda. Kalau rajin dipraktekkan, hasilnya bener2 terasa. Latihan dari set pertama lumayan ringan, tetapi cukup membakar kalori yg banyak. Aku aja sampai basah-basahan keringat. Aku latihan seminggu dua kali. Lumayan terasa perbedaannya. Buktinya celanaku terasa lebih pendek. Mungkin efek bokongku agak naik.

Rabu, 12 Maret 2014

Perlukah mengikuti sebuah kumpulan?

Sebagai seseorang yang berbeda dari umumnya, perlu kah kita mengikuti sebuah kumpulan atau group khusus orang-orang seperti kita?

Dulu aku ketika masih baru di dunia ini, aku segan sekali mengikuti group semacam grup-grup yang aku ikuti sekarang. Karena masih baru, aku masih remaja yang emosi nya belum stabil dan belum siap untuk berunjuk gigi di grup atau kumpulan tertentu. Lagi pula yang aku cari waktu itu hanyalah kepuasan sexual. Pernah suatu hari aku mengenal seseorang dari sebuah situs 'meat market'. Orangnya sangat menggiurkan hingga aku pun puas sekali berhubungan dengannya. Saat itulah aku dikenalkan dengan teman-temannya. Ternyata temannya handsome - handsome cuy. Aku jadi salah tingkah pas berkenalan dengan mereka dan otomatis berimajinasi ingin berhubungan dengan mereka. Aku menjadi orang paling pendiam di grup itu. Aku kurang bisa basa basi, dan bila ditanya tentang asal atau pekerjaan aku enggan sekali menjawab dengan jujur sebab takut kalau memberikan informasi kepada orang yang salah. Grup semacam itu memang ga cocok buat aku, pokoknya bukan hal ku lah. Lantas aku pun berkata jujur kepada cowok yang aku baru berhubungan badan dengannya itu bahwa teman-temannya sexy juga ya. Dan aku sangat ingin dikenalkan dengan salah satu dari mereka. Dia hanya menertawakanku karena menurut dia temannya itu buat dia ga menarik sama sekali. Muka kriminal katanya.

Mungkin waktu itu aku berpikiran bahwa sebuah kumpulan seperti itu negative dan tak ada gunanya sama sekali. Bisa dibilang negatif kalo kita terbawa ke hal-hal negatif yang dibawa oleh para pengikut kumpulan yang kita ikuti. Asal bisa membawa diri ke arah positif semuanya akan baik-baik saja. Dengan mengikuti sebuah gang semacam itu, harusnya kita jadikan tempat untuk berekspresi sebebas bebasnya dalam hal yang positif.

Gang atau group sangat banyak macamnya. Dari yang level ecek-ecek sampai kelas kakap. Setiap orang punya preferensinya sendiri dan bisa memilih mana yang cocok untuk diikutinya. Seringkali iman kita tergoda bila kita mengikuti sebuah group. Seperti group lain yang terlihat lebih hijau rumputnya dari rumput grup kita sendiri, rasanya ingin sekali kita menyainginya. Atau konflik internal yang terjadi di sebuah group yang akan mengusik kehidupan pribadi kita. Intinya harus bisa membawa diri.

Aku sendiri orangnya bertipe tidak mudah berhubungan dengan orang banyak secara langsung, tetapi cukup mempunyai keahlian lembut untuk mendekati seseorang secara personal. Dan seperti yang aku sebutkan sebelumnya, aku mudah kesengsem sama orang yang ganteng. Jadi mengikuti sebuah grup yang berisi orang-orang handsome adalah tantangan tersendiri buat aku.

Senin, 10 Maret 2014

How to be Gay and Indonesian

Aku hanya ingin memberi secercah pandangan tentang gay di Indonesia. Bagimana aku bertahan menjadi diriku sendiri di negri yang kaya raya ini. Bagi seseorang yang baru menemukan jati diri originalnya sebagi homosexual, maka akan merasa sulit untuk hidup di Indonesia yang notabene adalah negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam dan negara yang masih memegang teguh nilai dan budaya ketimuran.

Begitulah diriku ketika aku masih remaja belia. Aku bahkan bercita-cita untuk hidup di benua Amerika atau Eropa agar aku bisa menjalani cinta sesama jenis. Dalam halku antara pria dengan pria. Karena pandanganku waktu itu adalah negara barat sangat menjunjung hak asasi manusia. Setelah makin dewasa aku menyadari bahwa gay tetap gay. Dimanapun itu tetap minoritas. Dan akhirnya aku pun selalu menertawakan diri sendiri bila ingat dengan mimpiku itu. Tiada yang salah dengan impian itu, hanya saja aku sangat bangga dengan negriku ini dan tak ingin meninggalkannya. Lambat laun aku makin nyaman menjadi diri sendiri di negri ini.

Karena Indonesia orangnya lucu-lucu. Dari Sabang sampai Merauke kita akan menemukan seseorang yang elok rupa. Harusnya kita tidak melupakan itu. Perlu kau jelajahi negri ini dari ujung sini ke ujung sana, kau akan menemukan orang-orang seperti kita. Maka janganlah menjadi orang asing di negri sendiri.

Lalu bagaimana kita tetap menjadi diri sendiri dan menjadi orang Indonesia? Pertama-tama, kita harus membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang gambaran gay di Indonesia. Walaupun kenyataannya orang biasa memandang gay sebagai penyakit moral dan sosial, yakinlah bahwa kamu juga berhak untuk tidak mempercayai itu. Buktikan bahwa dirimu baik. Sebarkanlah kebaikan kepada sesama.

Beruntunglah kamu tinggal di Indonesia, karena hukum-hukum mengenai gay belum ada. Setidaknya tidak seperti di Uganda atau India yang menghukumi homosexualitas sebagai tindak kriminal. Di Amerika ada hukum yang mengatur pernikahan sesama jenis, tapi di lain sisi bulliying terhadap gay meraja lela. Setidaknya Indonesia menjadi tempat yang nyaman untuk orang-orang seperti kita. Tetapi discretion tetap menjadi penting. Karena sexualitas itu tidak perlu digembar-gemborkan.

Sabtu, 08 Maret 2014

How I have become like this..

Setiap dari diri kita mungkin akan bertanya-tanya. Kok aku bisa seperti ini ya, seandainya waktu bisa berputar kembali mungkin aku bisa menentukan kembali jalan hidupku. But there is no turning back, yang ada preparing for the future. So now it's time to think and rethink what I will become. Penyesalan tiada guna hanya akan membuat kita merana. Karena hidup sejatinya adalah tentang memaknai apa yang telah terjadi ya sudah lah terjadi.

Yang ada hanyalah bagaimana kita mencoba memperbaiki diri kita. Selama nafas masih berhembus, selalu ada harapan. Kita tidak sendiri. Kita tidak orang paling belum beruntung.

Rabu, 05 Maret 2014

Pasangan Pertama

Pernahkah kau merasakan apa yang kurasa. Aku pernah menjalin hubungan dengan seseorang, yang aku maksud adalah hubungan dua insan yang saling menyayangi dan memberi perhatian. Ini terjadi setelah aku mulai menjelajah dalam kehidupan ini. Aku mengenalnya dari sebuah situs kencan khusus. Aku tertarik karena dia adalah sesosok yang sempurna secara fisik dilihat dari fotonya di akun miliknya. Dia menyimpulkan dirinya sebagai discreet. Hingga foto-foto yang dipasang pun tidak ada yang menampakkan wajahnya. Tertulis di dekripsi tentang dia, bila kamu tidak tertarik pada bodiku, mukaku tidak lebih menarik ketimbang bodiku.

Aku penasaran dengan dia, aku pun menyapa dia dengan sapaan hi dan pernyataan betapa seksinya dia sampai aku meminta foto mukanya. Dia menegaskan dia tidak mau berbagi foto, dia menantangku untuk menemuinya. Ini lah saat pertama kali aku benar-benar merencanakan sebuah pertemuan. Lalu kami bertemu di pusat belanja buku di pusat kota pada Minggu malam. Seperti penampakan dia di foto, dia sungguh sempurna di mataku. Menurutku dia sangat out of my league. Dengan bentuk tubuhnya yang selalu diasah, muka seperti Christoph Waltz hanya saja tidak berkulit putih. Umur dia waktu itu 39, lebih tua dariku 16 tahun. Walau hari itu paginya dia baru pulang dari luar kota, dia mau menyempatkan dirinya untuk memenuhi rencana pertemuan kami.

Setelah selesai dengan basa-basi di toko buku. Dia mengajakku untuk ngopi di cafe terdekat. Saat itulah pertama kali aku dating dengan cowok. Kami duduk berhadapan. Aku bahagia, tapi di lain sisi aku masih canggung. Dia dengan instingnya bisa merasakan ketidaknyamananku. Jujur saja, aku tidak nyaman atas dugaanku terhadap pandangan orang- orang di sekitar. Aku bertanya-tanya, sesuatu yang negativ kah di pikiran mereka ketika melihat seorang brondong nongkrong dengan pria gempal berotot berumur 40an. Kami pun ngobrol ngalor ngidul tetek bengek. Kami ngobrol dengan sangat sopan. Sampai mendekati tengah malam, kami memutuskan untuk pulang dan memanggil taxi. Aku meminta agar aku diizinkan untuk menginap di rumhnya. Dia pun mengizinkanku, dan tanpa aku tanya dia berkata kalau di pagi hari dia telah masturbasi. Sesampai di rumah, kami melanjutkan obolan sambil dia membuka laptopnya. Ditengah-tengah obrolan dia memutar CD lagu di laptop. Ternyata isi CD nya adalah lagu-lagu bertema cinta -- Love Songs.

Terputarlah waktu itu, lagu dari Boyzone..All That I Need. Dia mengajakku untuk berdansa. Untuk pertama kalinya aku dipeluk seorang pria jantan. Dan berlanjutlah kami ke kasur.

Dia lah seseorang yang aku anggap sebagai pasangan pertamaku. Aku mngunjunginya dua atau tiga kali seminggu, kadang-kadang weekend juga. Dia adalah bukan orang pertama yg tidur denganku, mungkin ke tiga. Kami sangat cocok satu sama lain dalam hal-hal keseharian. Seperti kalau makan kita akan menghabiskan waktu yg relative lama untuk menyelesaikan santapan dibanding orang pada umumnya, sama-sama tidak suka temperature terlalu dingin; padahal dia berbadan besar berotot sedangkan aku slim, ketika kami menonton film kami akan berdiskusi setelah selesai. Aku adalah cowok paling bahagia. Teman-teman kampusku melihat perbedaan di diriku dari sedikit pendiam menjadi bersemangat. Hubungan kami sangat harmonis. Kami tidak pernah berkata sayang-sayangan. Dia memperlihatkan perhatian dia dengan caranya memperlakukanku.

Aktifitas-aktifitas kami; kasur, belanja, bioskop, bila akhir pekan aku ikut dia ke pergi ke gereja, lalu lunch , ke diskotik pada malamnya setelah makan malam untuk dancing. Aku dikenalkan dengan teman-temannya. Temannya handsome - handsome juga. Salah satu dari temannya merupakan seseorang yang aku kenal dari situs kencan khusus dimana aku juga mengenal pasanganku. Mukanya seperti Mike Lucock gitu, Arab berbulu. Tenyata ramah juga orangnya, dia membawa pasangannya juga malam itu.

Hari-hariku dengan pasanganku terasa lancar. Kami saling mengisi, aku menjadi teman ngobrolnya begitu juga dia menjadi kakak / paman bagiku untuk berbagi cerita. Pernah suatu saat aku menanyakan kepadanya, mengapa dia mau aku sedangkan aku levelnya jauh dari dia. Dia menjawab kalo dia suka, ya suka. Dan tidak perlu dijelaskan masalah compatibility atau kecocokan secara fisik. Aku pun feeling lucky, berkali-kali kukatakan padanya bahwasannya aku beruntung diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bertemu dengannya. Begitupun juga dirinya, merasakan hal yang sama.

Hubungan kami tidak selalu mulus. Setelah jalan beberapa bulan kecemburuan mulai merasuki pikirannya. Dia selalu dengan sinis menyindirku ketika aku lebih mementingkan acaraku dengan teman-teman dari pada dengannya. Jujur aku merasa dimiliki seseorang karena dia cemburu. Tumbuh di dalam diriku akan rasa bangga. Sampai sekarang masih bertanya-tanya apa dari diriku yang membuatnya suka kepadaku.

Banyak sekali aku belajar dari dia tentang kehidupan. Perhatian, kesabaran, kasih sayang dan lain-lain. Dia lah pasangan pertamaku yang selalu menjadi inpirasi dalam kehidupanku.

Segala sesuatu akan berlalu. Itulah perkataan yang sering dia ucapkan untuk menenangkan diriku apabila aku sendang dirundung masalah. Bersikap legowo dan sabar adalah pelajaran berharga darinya. Kami menertawai diri kami sendiri, kami menangis bersama. Ada suatu saat-saat dimana aku membuatnya kecewa. Di saat seperti itu dia hanya berkata kalau dia ingin sendiri, sambil meneteskan air mata. Disaat aku menangis karena dibuat kecewa olehnya, dia meminta maaf dan memelukku erat sambil meneteskan air mata.

That's life. Segala seuatu akan berlalu. Begitu juga dengan hubungan kami, kami harus berpisah karena keadaan yang mengharuskan dia pindah. Dalam keadaan berpisah, aku selalu merindukannya. Begitu juga dengannya yang rindu dengan diriku, tetapi harus rela meninggalkanku. Everything's going to be fine. Begitulah kata-kata darinya.